Septem. Amalan Wali Songo, Amalan Mujahadah Mencari Ridho Allah SWT - Kehidupan manusia bukan tak mungkin tanpa cobaan. Pasti ada ujian yang datang silih berganti, bahkan manusia merasa tak sanggup menghadapinya. Padahal ALLAH memberikan jalan keluar pada setiap masalah yang terjadi pada diri manusia.
Merekaadalah orang-orang yang diberi taufik (oleh Allah) yang telah menukar diri mereka dan menjualnya serta mem-persembahkannya demi mendapatkan keridhaan Allah dan meng-harapkan pahalaNya, mereka mengerahkan segala harga kepada Yang Maha Memiliki lagi Maha Menepati janji, yang Maha Penyan-tun kepada hamba-hambaNya, di mana di antara kelembutan dan kasih sayangNya adalah Dia membimbing
EDYWONG Mencari RIDHO ALLAH "Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga". (HR. Turmudzi) Rabu, 11 November 2015 Ulama sekaliber Ibnu Taimiyah, meski hidup dalam penjara yang sangat jauh dari kenikmatan dunia, namun beliau dengan semangat dan lantang mengatakan,
Agarpernikahan bersemi dengan indah, maka dalam memilih jodoh hendaknya kita sangat mengutamakan ajaran Islam, seperti yang dipesankan Rasulullah SAW. "lihatlah agamanya maka kalian akan mendapatkan semuanya". Dengan memiliki pasangan yang agamanya baik dan benar, maka rumah tangga kita akan menjadi sakinah, mawaddah dan warahmah.
MENCARIRIDHO ILAHI Minggu, 21 Oktober 2007. tokoh no 4 di dunia. Budha. 4. BUDDHA (563 SM - 483 SM) Dan Langrange sering menyatakan bahwa Newton adalah genius terbesar yang pernah hidup. Sedangkan Ernst Mach dalam tulisannya di tahun 1901 berkata, "Semua masalah matematika yang sudah terpecahkan sejak masa hidupnya merupakan dasar
Makaseorang yang memiliki prinsip hidup mencari ridho Allah adalah mereka yang menuhankan Allah sekaligus memiliki prinsip Lailahaillallah. Dan siapa yang memiliki filosofi Lailahaillallah dan mengucapkan dengan ikhlas ( mengerti dari dalam hati ) Maka pasti ia akan masuk Syurga dan siapa diakhir kalamnya mengucapkan kalimat Lailahaillallah
. Oleh Moh Helman Sueb, الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ بِالْحَقِّ وَالْعَدْلِ وَيَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ، يُقَدِّرُ اْلأُمُوْرَ بِحِكْمَةٍ ، وَيَحْكُمُ بِالشَّرَائِعِ لِحِكْمَةٍ وَهُوَالْحَكِيْمُ اْلعَلِيْمُ ، أَرْسَلَ الرُّسُلَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ، وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ اْلكِتَابَ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَااخْتَلَفُوْافِيْهِ ، وَلِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَيُؤْتُوْا كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ مِنْ غَيْرِغُلُوٍّوَلاَتَقْصِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْليمًا وَعَلَى أَلِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيْرًا أَمّا بَعْد فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّار Jama’ah Jum’at rahimakumullah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua, semenjak kita lahir sampai saat sekarang ini nikmat Allah tidak ada henti-hentinya Dialah tempat bergantung yang bagi semua makhluk , yang tiada bandingnya, karenanya patut rasanya kita selalu bersyukur kepada-Nya di mana saja berada. Di antara nikmat Allah yang paling besar yang harus kita syukuri adalah nikmat Islam dan iman. Sebab keislaman dan keimanan adalah sebesar-besarnya jalan yang mengantarkan seseorang berbahagia hidup di dunia terlebih lagi di akhirat. Shalawat serta salam , semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu a’laihi wassalam., yang telah membimbing kita ke jalan yang diridloi Allah Subhaanahu wa Ta’ala Hadirin yang berbahagia ! Jika kita telah mengucapkan dua kalimat , yang tentu saja mengandung konsekwensi yang sangat pertama disebut syahadat Tauhid dan yang kedua Syahadat Rasul yang berarti kita mengakui bahwa nabi Muhammad Saw. itu adalah rasul Allah. Dengan mengucapkan syahadat Rasul , seorang muslim sebenarnya tidak hanya mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul , tetapi juga siap menjadikan Rasul ssebagai teladan hidup yang harus diikuti dan ditaati dalam berbagai aspek kehidupan.. Maka tepatlah Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al – Ahzab ayat 21 ,agar menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai teladan hidup. لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ﴿٢١﴾ “ Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Al-Ahzab 21 “ Uswah Hasanah“ yang terdapat pada ayat di atas mengingatkan kita pada Perang Khaandaq . yang dialami Nabi Muhammad Saw., ketika beliau menerima berita tentang maksud musuh yang besar bilangannya itu, beliau terus bersiap mencari akal buat bertahan mati-matian, jangan sampai musuh sebanyak itu menyerbu ke dalam kota. Karena jika maksud mereka menyerbu Madinah berhasil , hancurlah Islam dalam kandangnya sendiri. Beliau dengar nasehat dari Salman Al-Farisiy agar di tempat yang musuh bisa menerobos dibuatkan khandaq, atau parit pertahanan. Nasehat Salman itu segera beliau Iaksanakan. Beliau sendiri yang memimpin menggali parit bersama sama dengan shahabat-shahabat yang banyak itu. Untuk menimbulkan kegembiraan bekerja siang dan malam menggali tanah, menghancurkan batu-batu yang membelintang, beliau turut memikul tanah galian dengan bahunya yang tiba giliran perlu memikul, beliau pun turut memikul, sehingga tanah tanah dan pasir telah mengalir bersama keringat beliau di atas rambut beliau yang tebal. Semuanya itu dikerjakan oleh shahabat-shahabatnya dengan gembira dan bersemangat, sebab beliau sendiri kelihatan gembira dan bekerja, bergotong-royong, menggali tanah, menyekap pasir, memukul batu sambil bemyanyi gembira, Inilah gaya kepmimpinan Rasulullah Shalawallahu alaihi wa Sallam, yang selalu memberikan teladan di tengah-tengah kehidupan shahabatnya , di samping keteguhan sikap beliau yang tentunya sangat patut diteladani para pemimpin Islam, agar tidak terjadi krisis kepemimpinan. Hadirin yang bertbahagia. Jika kita ingin menjadikan Muhammad Saw. sebagai teladan, maka ada tiga syarat yang harus dilakukan . Pertama Hidup untuk mencari Ridlo Allah, Seorang Muslim senantiasa mengharapkan Ridho Allah dalam setiap sepak terjang aktivitasnya. Sebab ia tahu bahwa hanya dengan memperoleh Ridho Allah sajalah hidupnya menjadi lurus, terarah dan benar..sehingga seorang muslim yang mengejar Ridho Allah berarti menjadi seorang beriman yang ikhlas. Setiap kata , perbuatan , sikap serta pikiran yang betul-betul diniatkan untuk mencari ridlo Allah Subhaanahu .wa Ta’ala, maka tidak akan menyimpang serta terjauh dari kemurkaan-Nya. Dan memang , Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menyebutkan ciri-ciri orang yang mengikuti dan meneladani Rasulullah Saw. sebagaimana firman-Nya مُحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً ” Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,”Al-Fath 29 Haditin yang berbahagia ! Jika kita ingin menjadikan Muhammad Saw., maka syarat yang Kedua adalah menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup, tetapi tidak melupakan dunia. Seorang muslim yang disbukkan Kita bahagia kecuali karena akhirat, tidak sedih karena akhirat, ridlo karena akhirat , tidak marah karena akhirat, tidak bergerak karena akhirat. Namun dalam kehidupan dunia kita tidak boleh melupakan bagiannya , artinya kita harus mencari anugerah-Nya selama hidup kita untuk bekal di akhirat kelak. Sebagaimana firman-Nya 77 وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ “ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari keni`matan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Hadirin yang berbahagia ! Syarat yang Ketiga, Selalu ingat kepada Allah , di mana saja kita berada berada. Bagi siapa saja yang ingin menjadikan Muhammad Saw. sebagai teladan , maka ia harus selalu ingat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala , baik hati, lisan maupun dengan ingan kepada Allah kita pun akan ingat apa yang telah diperintahkan-Nya, termasuk meneladani pribadi Rasulullah Saw.. Bukankah Allah Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mengingat-Nya.? يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً ﴿٤٢﴾ “. Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”QS. Al-Ahzab 41-42 Semoga dengan pertolongan-Nya kita betul-betul mampu menjadikan Rasulullah Saw. sebagai teladan dalam kehidupan , sebab betapa bahagianya jika kita dapat melakukan hal tersebut. بَارَكَ ا للهُ لِيْ وَلَكُمْ فيِ االْقُرْأَ نِ ا لْعَظِيْمِ وَنَفعَنِيْ وَ إِ يَّا كُمْ بمَِا فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ ا لحَْكِيْمِ إِ نَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ ا لْعَلِيْمُ Khutbah Kedua Hadirin yang berbahagia ! Marilah kita senantiasa memanjatkan do’a kepada Dzat yang telah memberikan nikmat yang tak terhitung jumlahnya, dan kita tidak tertipu dengan gemerlapnya dunia, Semoga kita , selalu mendapat perlindungan dan petunjuk dari-Nya dalam kehidupan yang penuh tipu daya. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، ٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . */Sumber di Pondok Pesantren Muhammadiyah Babat
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mencari ridho artinya melakukan sesuatu dengan semata-mata karena Allah SWT. Maka dengan itu jika seseorang yang memiliki prinsip untuk dengan semata-mata mencari ridho Allah yaitu mereka yang berniat melapazd kan di dalam hatinya dengan kata lailahaillah di sertai dengan penuh yang memiliki filosofi lailahailallah dan tentu barang siapa yang akhiri kalam nya dengan mengucap kalimat lailahailallah lantas mereka akan masuk surga sabda nabi Muhammad tetapi yang di maksud mencari Allah itu bukan hanya sholat,berzikir, atau mengaji namun itu semua memiliki makna yang sangat luas ini Yang di sebut dengan menyangkut filosofi hidup atau menyangkut ideologi. Jadi konsekwensinya jika seseorang yang benar-benar niatnya tulus dengan mencari ridho Allah SWT maka ia akan mengikuti apa yang di ingin kan Allah SWT karena tentu jika seseorang itu ia akan banyak berbuat baik,berbagi lembut,tidak menyakiti orang lain atau menyinggung perasaan seseorang dan titik akhirnya yaitu memanifestasikan kehendak Allah karna sikap-sikap yang baik yang membiasakan Rahmat bagi semesta Alam inilah yang menjadi ukurannya jadi prinsip-prinsip inilah yang saat ini terkikis dan semakin langka kita temukan karna saat ini banyak orang yang bertindak sebaliknya atau bisa di katakan manusia-manusia mencari murka Allah SWT tapi tidak mencari ridho Allah SWT. Kalo kita kiat-kiat pada masa sekarang ini hak-hak rakyat kecil yang tertindas di abai kan begitu saja kebenaran di lecehkan,keadilan,di injak-injak kebohongan di ikuti semakin banyak orang yang bertindak semuanya tanpa menghiraukan perasaan saudaranya padahal nabi Muhammad telah bersabda dalam hadist nya yang berbunyi "barang siapa yang menyakiti orang mukmin atau orang yang baik di ridhoi oleh Allah SWT maka ia menyakiti rasul-nya begitu pun sebaliknya dan barang siapa yang menyakiti rasul-nya maka ia menyakiti Allah SWT" jadi itu semua sangat jelas jika seseorang yang menyakiti rakyat kecil dan menyakiti saudara-saudara nya maka Allah SWT pasti akan sangat murka terhadap seseorang tersebut beda dengan orang terdahulu karna kebanyakan orang terdahulu atau leluhur bangsa ini mereka sangat menjunjung prinsip ini, Mereka Sangat takut kepada Yang maha kuasa dan mereka sangat mengupayakan terciptanya keamanan oleh karna itu kita bisa mengambil ibroh atau pembelajaran mulai pada saat ini slalu menghormati sesama,jagalah perasaan manusia,penuhilah hak orang lain dan jalanilah hidup ini semata-mata karna Allah SWT. Begitu pun sebaliknya ketika banyak hati yang tidak saling meridhoi maka Allah SWT tidak mungkin ridho dan jika kita melakukan perbuatan dengan tidak semata-mata karna Allah SWT maka Allah SWT juga tidak mungkin ridho terhadap perbuatan yang kita perbuat tersebut. Alangkah buruknya manusia yang menyebah Allah SWT lantaran masuk ingin di selamat kan dalam api seandainya surga dan neraka tak ada apakah engkau akan tetap Lihat Diary Selengkapnya
Ridho, berkah, dan rahmat Allah. Ketiga kata ini sudah akrab di lisan dan pikiran kita. Coba kita simak bersama apa makna dan beda dari ketiga kata tersebut. Ridho Kerelaan Allah Kata ridho رَضِيَ اللَّهُ , bahasa Indonesia menjadi rela. Rela adalah bersedia dengan ikhlas, izin persetujuan, berkenan, dapat diterima dengan senang hati, tidak mengharapkan imbalan, dengan kehendak atau kemauan sendiri KBBI. Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Kuncinya adalah Al-Maidah ayat 3 الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian NikmatKu. dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagi kalian. ayat 3 Artinya, terimalah oleh kalian dengan rela Islam sebagai agama kalian, karena sesungguhnya Islam adalah agama yang disukai dan diridai Allah, dan Dia telah mengutus rasul yang paling utama dan terhormat sebagai pembawanya, dan menurunkan Kitab-Nya yang paling mulia dengan melaluinya.Ibnu Katsier Agama Islam sudah dinilai sempurna oleh Allah. Sehingga tidak perlu ditambah-tambah. Allah ridho Islam dipakai umat untuk mengatur hidup dan akan dipakai sebagai sarana hisab di yaumul akhir kelak. Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Imran 19 Ibnu Katsir menjelaskan “Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditempuhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus— dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Allah berfirman Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya. Ali Imran 85, hingga akhir ayat. Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya agama yang diterima oleh Allah hanya pada agama Islam. Hal ini sejalan dengan Ali Imran 19 Jadi kunci utama untuk mendapat ridlo Allah adalah orang harus rela/ridlo beragama Islam terlebih dahulu. Dan kita pun harus rela/ridlo bahwa Allah sebagai sesembahan dan panutan kita, serta tempat kita meminta. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya. Qs. Albayyinah 8 Ridho Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridho seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah, menjalankan syariatnya.. Berkah Tambahan Nilai karena Allah Dalam bahasa Arab, berkah بَرَكَاتٍ diambil dari bahasa Arab baraka-yabruku-burukan wa barakatan, yang artinya bertambahnya kenikmatan dan kebahagiaan. Barokah atau berkah adalah berkembangnya atau bertambah sesuatu. Sedangkan makna berkah dalam Al-Qur’an dan hadis adalah langgengnya kebaikan, kadang bertambah kebaikan, atau bisa kedua-duanya. Keberkahan hidup dimaknai sebagai sesuatu yang bernilai kebaikan. Keberkahan juga dapat dicapai ketika seseorang mengerjakan amal saleh atau kebajikan. Syarat keberkahan Allah adalah iman dan taqwa. Keberkahan Allah bisa bersifat duniawi dan ukhrawi. Jikalau penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. 96 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 97 Barang siapa yang mengerjakan amal saleh —baik laki-laki maupun perempuan— dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan QS An-Nahl 97 Yang dimaksud dengan amal saleh ialah amal perbuatan yang mengikuti petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya Salah satu kunci hidup berkah adalah sedekah. Sedekah merupakan amalan yang sangat mulia, baik di mata sesama manusia maupun di mata Allah SWT. Rahmat Pemberian/Kasih Sayang Allah RAHMAT/rahmah رَحْمَةٍ , berarti murah, kasih-sayang, cinta, santun, perlindungan. Rahmat adalah kemurahan atau pemberian Allah. Rahmat Allah bagi manusia berupa rezeki dan kemaslahatan hidup di dalam dunia. Seluruhnya makhluk mendapatkan rahmat Allah, tak terkecuali bagi orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya. Rahmat itu ada dua macam, yaitu Ar-rohman الرحمن dan Arahim الرّحيم . Ar Rahman, berarti kata Maha Pengasih maksudnya yaitu Allah SWT selalu memberi karunia fasilitas hidup kepada hambanya manusia,jin, hewan, dll di dunia baik yang ingkar maupun taat. Contohnya memberi udara yang bersih untuk bernafas dan air untuk kehidupan. Dunia beserta isinya adalah Ar-Rohman Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang mau, Boleh kafir boleh yang beriman. Ar-Rahim adalah pemberian Allah khusus kepada orang-orang pilihan. RAHIM yang berarti sangat pengasih, penyantun dan penghiba serta sangat penyayang. Ar-Rahim diberikan Allah khusus orang mukmin yang Dia ridloi, dan diberikan kelak di akhirat, berupa pahala surga beserta kenikmatannya. هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا 43 “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya memohonkan ampunan untukmu, supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.QS al-Ahzab 43 Apabila seluruh rahmat yang Allah berikan di dunia ini kepada makhluk dikumpulkan, mulai dari Nabi Adam hingga kiamat datang maka itu baru satu persen dari keseluruhan rahmat yang Allah miliki. عن أبي هريرة رضي الله عنه قال رسول الله عليه الصّلاة والسّلام إن لله مائة رحمة، واحدة بين الجن والإنس والبهائم والهوام، فبها يتعاطفون، وبها يتراحمون، وبها يتعاطف الوحوش على أولادها، وأخَّر تسعاً وتسعين رحمة يرحم بها عباده يوم القيامة “Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.”muttafaq alaih, dalam Shahih Bukhari no 6104 dan Shahih Muslim no 2725, lafal hadits ini dari Abu Hurairah RA. Editor Nabhan
Life Sabtu, 27 Mei 2023 - 0749 WIB Olret – Dalam pernikahan ada 3 prinsip yang selalu diupayakan oleh setiap pasangan, yaitu keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Keluarga yang di dalamnya dapat dirasakan ketentraman hidup, Juga berharap pada rasa kasih dan sayang yang selalu menyelimuti keluarga yang akan lebih dari itu, ternyata dalam pernikahan juga harus menyamakan visi dan misi dalam menyamakan karakter atau sifat, tapi keluarga yang terencana akan berupaya untuk saling mendukung dan mencapai tujuan dalam menjalin hubungan keluarga, yaitu yang utama adalah sama sama mencari ridho Allah SWT. sehingga keluarga yang dibangun bisa langgeng dan termasuk dalam keluarga penghuni surga Allah kelak. Meskipun Allah Menjodohkan Sifat Dan Karakter Pasangan Seperti Langit dan Bumi. Namun Tetap Punya Satu Visi Dan Misi Yaitu Sama Sama Mencari Ridho Allah Jodoh itu rahasia Allah. Bagaimana rupanya, sifatnya dan karakternya hanya Allah yang Maha Tahu. Dan kita sebagai hamba hanya bisa berdoa dan berikhtiar semoga jodoh terbaik yang Allah misalnya, kadang kita mendapatkan jodoh yang ternyata karakter dan sifatnya berbanding terbalik. Saat kita lemah lembut, kita mendapatkan pasangan yang keras dan tegas, dan lain sebagainya. Karena seyogyanya jodoh adalah saling melengkapi segala kekurangan dan kelebihan pastikan bagaimanapun sifat dan karakter jodoh pilihan Allah, usahakan untuk membangun keluarga yang punya visi misi yang sama. Salah satunya adalah berupaya untuk sama sama mencari Ridho Allah. Halaman Selanjutnya Mencari Ridho Allah pun Adalah Jalan Hidup Yang Harus Di Prioritaskan Baik Sebelum Menikah Apalagi Setelah Menikah, Karena Hidup Memang Merupakan Sebuah Ibadah
Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis أيده الله تعالى بنصره العزيز ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil aziiz 08 Desember 2017 di Masjid Baitul Futuh, UK أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم. ]بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ[، آمين. زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ Terjemahan ayat ini ialah sebagai berikut “Ditampakkan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah sebaik-baiknya tempat kembali.” Surah Ali Imran, 315 Dalam ayat ini Allah Ta’ala menerangkan tentang orang-orang yang melupakan Allah Ta’ala dan capaian-capaian duniawi-lah yang menjadi satu-satunya tujuan mereka. Ketika manusia melupakan Allah Ta’ala maka ia dicengkeram oleh Setan. Semua benda diciptakan oleh Allah Ta’ala, termasuk kenikmatan-Nya dan kita harus mengambil manfaat dari itu semua. Hadhrat Masih Mau’ud alaihis salaam as juga bersabda kepada kita “Memisahkan diri dari urusan-urusan dunia adalah suatu kesalahan juga. Menikah adalah suatu keharusan dan ini termasuk Sunnah. Begitu juga ada perbuatan-perbuatan lainnya yang para sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu alaihi wa sallam lakukan. Sebagian mereka mempunyai properti seharga jutaan milyaran namun perhatian mereka kepada Allah Ta’ala tidak terbelokkan oleh urusan-urusan duniawi mereka. Mereka tidak tenggelam dalam keduniaan.” Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda “Ingatlah! Tuhan sama sekali tidak menghendaki kalian benar-benar memutuskan diri kalian dengan dunia ini. Sebaliknya keinginan-Nya adalah قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا yang artinya, Orang-orang yang menyucikan jiwanya berarti mereka itulah yang mencapai tujuannya.’ [Asy-Syams, 9110] “Lakukanlah perniagaan, pertanian dan pekerjaan sebagai tenaga buruh atau sebagai tenaga ahli. Bekerjalah sesuai dengan apa yang kamu sukai. Tapi berusahalah sekuat tenaga mencegah nafs-mu hasratmu dari tidak menaati Allah Ta’ala. Lakukanlah penyucian sedemikian rupa supaya hal-hal tersebut tidak membuatmu lengah terhadap-Nya.” Pada kesempatan lain Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda “[Memenuhi] hak-hak diri sendiri itu diperbolehkan namun berlaku be i’tidaal tidak seimbang, tidak wajar pada diri sendiri itu tidak boleh.” Maka dari itu, seorang mukmin harus senantiasa mencamkan kata-kata ini dalam benaknya supaya kecintaan pada benda-benda duniawi tidak tumbuh sedemikian rupa yang membuatnya melupakan Tuhan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ “Telah ditampakkan kepada orang-orang keindahan kecintaan terhadap syahwat-syahwat.” Setelah itu, Dia rincikan pula benda-benda apa saja yang orang-orang bukan hanya sekedar memenuhi hajatnya saja bahkan mereka terlibat mendalam dalam keduniaan dan senantiasa berpikiran bagaimana mencapai tujuan-tujuan itu. Syahwat maknanya ialah syadid khaawahisy hasrat atau nafsu yang menggebu terhadap sesuatu; atau kecintaan dan kekhawatiran yang terus-menerus setiap waktu terhadap sesuatu hal. Kata itu pun menunjukkan suatu hal atau tujuan, yang semata-mata didasarkan pada nafsu; dan bahkan sesuatu atau seseorang dengan rasa nafsu seksual yang bertambah juga dapat dijelaskan dengan menggunakan kata syahwat. Jadi, ketika Allah berfirman [dalam ayat yang disebutkan di atas] bahwa hasrat terhadap hal-hal semacam itu telah ditempatkan dalam hati manusia, bukan berarti kecintaan semacam itu berasal dari Allah, bahkan itu berasal dari setan. Hal demikian karena itu syahwat bukanlah kecintaan yang biasa atau elok melainkan kecintaan dan hasrat-hasrat amat sangat terhadap sesuatu yang indah sampai-sampai setiap waktu membuat seseorang cemas dan gelisah demi meraihnya. Ia menyintai benda-benda duniawi melebihi batas kewajaran. Jika seseorang menenggelamkan diri dalam kecintaan terhadap benda-benda tersebut sampai sejauh itu maka benda-benda tersebut menjadi tidak terhitung ni’mat-ni’mat dari Allah, bahkan menjadi beban-beban setani yang membawa seseorang memuaskan diri dengannya secara yang tidak syar’i jika ia gelisah menginginkannya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang kita saksikan biasa terdapat di kalangan orang-orang duniawi materialistik. Demi memperoleh kekayaan, status duniawi dan demi hubungan yang tidak sah dengan wanita, orang-orang ini menabrak semua batasan yang terlarang. Bahkan jika mereka menikah, mereka melakukannya untuk mendapatkan kekayaan atau mereka ingin menikah dengan yang kaya. Demikian pula, dalam hal-hal lain pun mereka hanya ingin meraih keuntungan duniawi. Meskipun Allah Ta’ala menganugerahi umat Islam ajaran yang indah lagi murni dan juga memperingatkan mereka supaya melindungi diri dari hal-hal yang semacam itu, yaitu “Supaya kalian tidak berupaya mencari keduniaan sampai ke tingkat menjadikan itu tujuan kehidupan karena itu semua sementara; oleh karena itu, kalian harus berpikiran akan kembali kepada Allah Ta’ala dan hadir di hadapan-Nya suatu hari”; namun kita amati mayoritas dunia Muslim asyik dalam mengejar benda-benda duniawi dan melupakan tujuan kehidupan mereka. Para ulama, para pemimpin dan setiap dari mereka yang mendapat kesempatan, berupaya memperoleh hal-hal materi ini bagaimana pun caranya yang mungkin. Ketika kegemaran duniawi ini muncul di kalangan para pemimpin kaum maka muncullah kerugian terhadap negara dan bangsa. Pada hari-hari ini di negara-negara Muslim berada dalam posisi terdepan di bidang kerusuhan dan fitnah yang penyebabnya ialah keadaan yang Allah Ta’ala sifatkan bagi mereka yang jauh dari agama dan kaum materialistik ada pada keadaan umat Muslim hari ini. Para pemimpin memperoleh kursi di pemerintahannya dengan mengangkat slogan-slogan yang berbunyi untuk melayani rakyat. Namun, setelah itu, mereka merampas semuanya dengan kedua tangan mereka dengan cara yang tidak bisa dipahami di luar dugaan. Para ulama kurang memperhatikan perbaikan masyarakat secara keagamaan. Malahan sebaliknya, mereka membuat masyarakat sebagai pengikut mereka dengan mengatas-namakan agama, dan meraih kursi di pemerintahan dengan cara apa pun atau mereka bisa mengeksploitasi pemerintahan demi kemanfaatan mereka, mengumpulkan kekayaan dan mempunyai properti. Mereka berteriak-teriak membawa-bawa nama Allah Ta’ala tapi tidak tampak dari perilaku mereka bahwa mereka pribadi yang takut kepada Allah Ta’ala. Hal semacam ini kita dapat lihat di Pakistan. Mereka membunuh rakyat awam seperti halnya memotong sayuran lobak dan wortel. Mereka tidak menghargai nyawa manusia namun mereka tetap saja tidak melepaskan kekuasaan. Hal demikian terjadi di banyak negara. Tujuan mereka ialah terus berkuasa, menampakkan kekuasaan, mengumpulkan kekuasaan dan tidak kenyang puas dengan keadaan apa pun. Apa sebabnya negara-negara Islam berada dalam keadaan mengerikan seperti itu, padahal mereka memiliki kekayaan, kekuasaan dan sumber daya alam. Kemiskinan sedang terjadi dan roti bahan makanan pokok sulit diperoleh. Hari ini, boleh dikatakan bahwa Arab Saudi adalah negara yang amat kaya. Namun, bahkan di sana pun, kemiskinan terus meningkat sekarang. Sebelumnya telah ada orang-orang miskin dan kini tengah bertambah lagi. Meski kaya minyak, tapi angka kemiskinan sedang memuncak. Hanya kondisi para pangeran, orang-orang kaya dan para pemimpin saja yang hidup dalam kemakmuran. Mereka dapat menghabiskan beberapa juta dolar hanya dalam satu hari. Orang-orang itu memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak benar atau merampas hak-hak orang miskin; dan pembelanjaan uang mereka pun dengan cara yang tidak benar. Semoga Allah Ta’ala menganugerahi kebijakan kepada para pemimpin, raja dan semua orang yang menggerogoti kekayaan tersebut, sehingga bukan hanya sibuk menimbun kekayaan, tapi mereka mampu menjadi orang-orang yang memanfaatkan kekayaan mereka dengan cara yang benar dan pada tempatnya mereka sebaiknya memikirkan hajat hidup orang banyak. Dengan melakukan hal tersebut, mereka tidak hanya akan memperoleh ridha Allah Ta’ala, namun juga akan memperoleh kekuasaan dari segi duniawi. Dengan demikian, bukannya mengikuti perintah dari kekuatan non-Muslim dan bertindak sesuai keinginan mereka, malahan kekuatan non-Muslim yang akan mulai mendengarkan dan mengikuti mereka para pemimpin Muslim. Beberapa hari belakangan ini terjadi kegemparan besar karena Presiden Amerika Serikat yang mengumumkan bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel. Dia telah memerintahkan agar kedutaannya dipindahkan ke Yerusalem dan menyatakannya sebagai ibukota Israel. Secara praktis semua kantor Israel sudah berada di sana namun dunia luar tidak mengakui hal tersebut. Kini, setelah keputusan tersebut muncul protes penentangan dari pemerintahan-pemerintahan tertentu di seluruh dunia. Negara-negara di dunia terbelah dalam menyikapinya. Namun, semua penentangan ini merupakan akibat kelemahan umat Islam sendiri. Sesama negara Muslim sendiri tidak bisa bersatu dan saling memerangi. Keadaan internal mereka begitu lemah, sehingga memberi kesempatan kepada negara lain semacam Amerika untuk mengumumkan hal-hal semacam ini. Amerika serikat melakukan hal ini supaya keadaan keamanan di negara-negara Muslim tidak berjalan dan membuat mereka terpaksa tunduk kepada keputusan-keputusan Amerika. Arab Saudi sekarang [pura-pura memprotes] menyatakan keputusan presiden Amerika Serikat AS sama sekali tidak dapat diterima selamanya. Namun, beberapa hari sebelumnya Saudi menampakkan sikap mengiyakan keputusan-keputusan Presiden Amerika ini Trump. Saudi Arab juga telah mendukung keputusan Amerika Serikat yang menentang Iran padahal saat itu waktu yang tepat bagi Saudi Arabia untuk mencegah AS dari hal tersebut dan mengatakan, “Kami bersama negara-negara Islam dan tidak menerima permusuhan terhadap umat Muslim dari pihak negara besar mana pun.” Saudi Arabia telah meminta negara adi daya untuk membantu mereka terus-menerus menyerang Yaman. Saudi Arabia setuju terhadap keputusan-keputusan Amerika guna menampakkan kekuatannya, memperlihatkan wibawa kerajaannya dan demi keuntungan kepentingan-kepentingan Amerika Serikat. Demi memperoleh ketentuan duniawi yang sementara, mereka meninggalkan perintah-perintah Allah Ta’ala. Maka, hal ini sebentar lagi akan memberikan dampak kepada mereka disebabkan tidak menaati perintah-perintah Allah Ta’ala, inilah yang sedang kita amati saat ini. Pada dasarnya orang-orang semacam ini sedang menyembelih diri mereka sendiri. Hadhrat Masih Mau’ud as mengumpamakan seseorang yang kerjanya hanya ingin mendapatkan keuntungan dari dunia ini adalah seperti seorang pria dengan rasa gatalnya’, yang merasa enak dengan menggaruk gatal-gatalnya yang tanpa henti itu. Tapi garukan tersebut hanya memberikannya rasa enak yang sementara, setelah itu akan merusak kulitnya, meninggalkan goresan dan membuatnya berdarah. Hal-hal materi yang didambakan seseorang melebihi kewajaran ini membawa sebab-sebab kegelisahan pada akhirnya. Mereka yang menyangka perilaku menambah kekuatan dan jumlah mereka ini sebenarnya tengah mengeluarkan darahnya sendiri disamping mengundang murka Ilahi. Allah Ta’ala telah menyebutkan hal ini di tempat lain sebagai berikut اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Ketahuilah, kehidupan dunia ini hanyalah permainan-permainan sebagai sarana guna memenuhi keinginan-keinginan diri yang melalaikan dari tujuan agung, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Perumpamaan kehidupan di dunia ini seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” Surah al-Hadid 21 Oleh karena itu, adalah kewajiban bagi seorang mukmin untuk memohon ampun dan berserah diri kepada Allah Ta’ala daripada harus merasa bangga dengan harta duniawi dan sepenuhnya mencurahkan segala upaya mereka demi mengejar capaian-capaian duniawi. Mereka seharusnya tidak menghancurkan kehidupan duniawi dan kehidupan mereka setelah kematian mereka dengan bertindak layaknya seseorang yang menderita gatal-gatal. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda di salah satu majelis tentang keadaan dan perbekalan kehidupan duniawi, “Semakin manusia terhindar dari keadaan penuh gejolak nafsu demi mencapai keinginan materi, semakin banyak keinginannya yang terpenuhi.” Itulah perjuangan untuk menjauhkan diri dari hasrat tak bermoral duniawi. “Ada api yang menyala terus-menerus di dalam hati orang-orang yang ingin menjulur-julurkan lidah amat menginginkan demi mendapatkan benda-benda [duniawi], dan mereka diliputi dalam kesulitan yang permanen kecemasan dsb. Ketentraman di dunia ini hanya dapat seseorang temukan dengan membebaskan diri dari kecemasan yang seperti ini.” selamat dari segala hasrat yang terus-menerus untuk mendapatkan hal-hal duniawi. “Suatu kali, seorang pria tengah mengendarai kuda. Dia melihat seorang Faqir pengemis yang mengenakan pakaian yang nyaris tidak menutupi tubuhnya. Penunggang kuda itu bertanya pada sang pengemis Hai tuan, bagaimana kabarmu?’ Si pengemis menjawab Sama seperti seseorang, yang semua keinginannya terpenuhi?’ Penunggang kuda heran mendengar jawaban itu dan bertanya Bagaimana bisa semua keinginanmu terpenuhi?’ Pengemis itu menjawab Ketika seseorang meninggalkan semua hasratnya, seakan-akan ia telah meraih semuanya.’ Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda “Kesimpulannya, ketika seseorang menginginkan untuk mendapatkan segalanya, maka itu menjadi sumber ketidaknyamanan penderitaan baginya, namun, ketika seseorang qana’ah merasa cukup atau puas dan meninggalkan semua [keinginan], maka rasanya seolah-olah mereka telah meraih segalanya. Pengertian najaat kebebasan dan keselamatan adalah ketika seseorang merasakan kelezatan sukacita, kebahagiaan dan bukan dukacita penderitaan. Kehidupan yang penuh kesusahan tidak baik di kehidupan ini dan tidak juga di kehidupan yang akan datang akhirat.” Beliau as bersabda, “… kehidupan ini walau bagaimana pun akan habis berakhir, karena ia seperti sepotong es, bagaimana pun kalian menyimpannya di dalam peti-peti dan dibalut dalam kain, tetap saja dia meleleh.” Beliau as mengumpamakan kehidupan sebagai es mengingat begitu sedikit atau cepatnya berakhir “Seperti itu jugalah, betapa pun hebatnya upaya dilakukan untuk melindungi kehidupan, yang benar pasti adalah ia akan habis. Hari demi hari sedikit banyak akan terjadi perubahan padanya. Di dunia ini terdapat para dokter dan juga para tabib, namun tidak satu pun ada yang memberi resep umur kekal.” Tidak ada satu pun resep yang menuliskan bahwa seseorang akan hidup selamanya atau berumur sampai selama waktu tertentu. “Ketika seseorang mencapai usia tua, sebagian orang lain datang kepadanya untuk menghiburnya dengan mengatakan, Anda belum tua. Anda masih muda kok. Kan belum 60 tahun atau 70 tahun. Umur itu bukan umur yang tua juga.’” Mereka bercakap-cakap dengan corak mirip ini. Namun ini hanya percakapan sebentar saja. “Jiwa manusia menipunya dan mengangan-angankannya umur panjang. Kita lihat di dunia umur-umur manusia yang bersamaan dengan itu mulai melemah ialah setelah 60 tahun. Amat berbahagialah mereka yang telah mencapai umur 60 atau 62 dan sampai batas tertentu kekuatannya masih bagus. Namun, banyak dari mereka yang menjadi seperti kurang akal pikun. Setelah itu mereka tidak masuk forum musyawarah. maksudnya tidak diajak berdiskusi atau bermusyawarah Tidak ada lagi sisa akal cerdas mereka. Tidak ada lagi cahaya di pemikiran mereka. Terkadang kaum perempuan menganiaya juga mereka yang berada dalam usia lanjut ini sampai-sampai lupa memberikan makan kepada mereka. Terkadang orang-orang di rumah memperlakukan tidak baik kepada anggota keluarga di rumahnya Kesulitannya ialah manusia ketika muda merasa akan muda terus dan lupa kelak akan tua dan mati.” Demikianlah manusia yang merasa berkuasa melakukan apa saja yang dia inginkan. Mereka merasa kekuasaannya tersebut akan bertahan selamanya. “Ia terus-menerus melakukan keburukan dan pada akhirnya ketika ia menyadari akan perbuatannya itu, ia tidak dapat bertindak apa-apa. Maka dari itu, kita harus melihat tahun-tahun masa muda kita sebagai ibarat harta karun.” Hadhrat Masih Mau’ud alaihis salaam memberi pengertian kepada teman beliau as yang beragama Hindu, Syarampat, “Tidak diragukan lagi bahwa telah terpenuhi sebagian hal yang Anda niatkan untuk dicapai dalam kehidupan Anda. Namun, jika Anda renungkan sekarang, niscaya akan Anda rasakan itu seperti gelembung yang meletus segera dan tidak tersisa sedikit pun di tangan. Kenyamanan kebahagiaan di masa lampau tidak bermanfaat sedikit pun. Dengan menggambarkan tentangnya, kedukaan bertambah.” Ketika seseorang telah melalui kenyamanan di masa lampau dan kemudian memasuk kesulitan-kesulitan, beliau as bersabda bahwa itu tidak berfaedah sedikit pun. Bila seseorang memikirkan masa lalu maka ia malah bertambah sedih. “Seorang yang berpikir dapat mengambil kesimpulan dari hal ini bahwa manusia harus menjadi anak waktu’” Artinya, ia sibuk tiap detik dari kehidupannya dan memperhatikan waktu serta berperilaku sesuai keadaan waktunya. “Kehidupan adalah apa yang ada di tangannya sekarang. Waktu yang telah berlalu tidak bisa dikembalikan. Tidak ada gunanya membayangkannya. Betapa bahagianya seorang anak kecil di pangkuan ibunya. Semua orang menggendongnya. Masa itu ibarat surga baginya. Namun, pikirkanlah sekarang! Dimanakah masa itu?” Waktu itu telah berlalu. segala sesuatu yang ada di dunia ini hanya sementara. Sarana-sarana kemudahan hanya sementara. Oleh karena itu, bila siapa saja mendapatkan kenyamanan, kemudahan, kewenangan dan kekuasaan serta jabatan; maka senantiasalah merenungi hal ini. “Apakah mungkin masa-masa yang telah berlalu dapat kembali?” Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’ud as menceritakan sebuah riwayat “Suatu kali ada seorang Raja sedang berjalan-jalan dan menangis melihat anak-anak. Padahal dia sedang melihat anak-anak yang tertawa dan bermain tanpa beban. Sang raja teringat masa kecilnya yang tanpa beban apa-apa bermain bersama teman-teman masa kecilnya. Ia mengalami kesulitan-kesulitan besar setelah meninggalkan persahabatan tersebut.” sang Raja menangis karena menyaksikan anak-anak kecil bermain-main tanpa beban dan penuh kebebasan. Karena hal ini, ia teringat masa kecilnya dan merindukan masa itu sementara keadaan yang ia alami masa kini berbeda lagi. Bahkan para raja sekalipun tidak tenang akan hidupnya dan tidak berbahagia secara hakiki meski mereka bergelingan berbagai sarana kenyamanan dan kenikmatan duniawi. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda “Seseorang harus menyadari masa tua adalah masa yang sulit. Pada waktu itu teman dekatnya bahkan keluarganya ada yang berharap agar ia meninggal saja. Sebelum orang itu meninggal dunia, kekuatannya telah meninggalkannya.” Hati sebagian kerabat dan temannya menjadi demikian keras sampai-sampai melihat keadaan orang yang tengah sakit itu atau yang telah lanjut usia itu lalu berkata, “Ia menjadi beban besar bagi kami.” Berkenaan dengan kehidupan itu sendiri, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda “Gigi-giginya telah tanggal ompong. Pandangan matanya telah kabur. Ia seperti patung batu. Bentuknya menjadi jelek. Sebagian orang lagi menderita penyakit-penyakit yang berbahaya sehingga membuatnya mengambil jalan bunuh diri.” Inilah yang kita lihat di dunia ini. Terlepas dari semua itu, ketika seseorang itu masih muda dan penuh energi, ketika ia memiliki kekuatan untuk mendapatkan uang, ia masih tetap tidak sadar akan yang terjadi di masa depan. Ketika sadar, ia baru menyadari hidupnya telah dilalui dengan sia-sia. Inilah saatnya [kesadaran] itu dingat bahwa akan lebih baik jika ia mengikuti perintah-perintah Allah Ta’ala dan menjalani hidupnya sesuai dengan perintah tersebut, bukannya terkurung oleh dunia dan mengabaikan Allah Ta’ala.” Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Terkadang seseorang mendapat musibah yang membuatnya ingin melarikan diri. Jika keadaan anak-anaknya tidak baik, kesulitan-kesulitannya pun bertambah. Pada saat demikian barulah dia menyesal telah menghabiskan umurnya untuk hal-hal yang salah.” Pada waktu itu ia baru ingat kebaikan mengamalkan perintah-perintah Allah. Seseorang hendaknya harus hidup sesuai dengan hal itu bukannya tenggelam dalam kesibukan-kesibukan duniawi dan melupakan Allah. Di dunia ini telah berlalu Fir’aun-Fir’aun besar dan banyak lagi Haman-Haman serta orang-orang kuat lain yang jika kita pelajari perjalanan hidup mereka akan diketahui bahwa keagungan duniawi dan kehebatan duniawi mereka tidak bermanfaat apa-apa bagi mereka. Pemerintahan-pemerintahan mereka lebih dari segi kebebasan kewenangan kekuasaan dibandingkan pemerintahan-pemerintahan saat ini namun mereka semua telah dihapuskan. Beliau as melanjutkan, “Orang yang berakal cerdas ialah yang bertawajjuh hanya kepada Tuhan saja dan mengimani-Nya tanpa sekutu. Kita telah menguji bahwa dewa-dewi tidaklah bermanfaat. Jika seseorang tidak tunduk kepada Tuhan Yang Tunggal tersebut, tentu satu pun tidak ada yang merahmatinya. Jika bencana datang kepadanya, tak satu pun yang bersimpati kepadanya. Ribuan musibah datang kepada manusia. Ketahuilah! Tidak ada bagi kalian kecuali Satu Yang Maha Pemelihara saja, tiada yang lain. Dialah yang meniupkan kecintaan ke dalam hati para ibu. Jika kecintaan seperti ini tidak Dia ciptakan di hati para ibu, tentu mereka takkan merawat anak-anaknya. Janganlah kalian menyekutukan Tuhan dengan siapa pun.” Inilah yang beliau nasehatkan kepada seorang Hindu. Di beberapa agama orang-orang membuat dewa-dewi dan berhala-berhala secara fisik, namun beberapa orang lainnya mengambil benda-benda duniawi seperti anak-anak, kekuatan dan kekuasaan sebagai sekutu Tuhan. Lalu ada persekutuan atau seperti contoh yang telah saya berikan bahwa beberapa negara kecil ingin mencari perlindungan kepada negara-negara kuat lainnya. Mereka menjadikan negara-negara adidaya tersebut sebagai tuhan-tuhan mereka. Tapi semua hal ini pasti akan berakhir dan hancur. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan, jahiim neraka menjadi tempat tinggal mereka. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Hendaknya diingat dengan baik, siapa pun yang menjadi milik Allah Ta’ala, maka Dia menjadi miliknya. Dan tidak ada satu pun orang yang dapat menipu Allah Ta’ala. Sungguh bodoh jika seseorang berpikiran dapat menipu Allah Ta’ala dengan kepura-puraan dan penipuan. Hal tersebut hanya menipu dirinya sendiri. Kecintaan dan keindahan duniawi merupakan asal berbagai pelanggaran. Hal tersebut telah membutakan manusia dan membuatnya lupa akan kemanusiaan dan ia tidak menyadari apa yang ia sedang lakukan dan apa yang hendaknya ia lakukan. Apabila manusia yang cerdas saja tidak tertipu oleh trik seseorang maka bagaimana mungkin Allah bisa ditipu? Namun, akar perbuatan buruk tersebut ialah kecintaan terhadap dunia yang begitu kuat. Penyebab terbesar yang menimbulkan kehancuran bagi dunia Islam ialah dosa kecintaan terhadap dunia. Terlihat mereka terjerat dalam hal itu. Kecintaan terhadap dunia menjadi perhatian utama dan sebab kedukaan mereka dalam berdiri, duduk, tidur dan bangun mereka bahkan setiap momen dari malam dan siang tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelah mereka mati dan masuk ke dalam kubur. Andai saja mereka takut akan Allah, niscaya pada mereka terdapat kepedulian dan kesedihan demi agama yang akan sangat bermanfaat bagi mereka.” Maka dari itu, kewajiban orang beriman untuk mengkhawatirkan keadaannya pada hari akhirat nanti dan juga agar dapat meraih kasih sayang Allah Ta’ala, bukan sebaliknya, sibuk mengkhawatirkan hal-hal duniawi. Ciptakanlah sifat qanaa’ah. Pergunakanlah benda-benda duniawi sembari menganggapnya sebagai kenikmatan dari Allah Ta’ala. Bukan sebagai sesembahan atau mengejar-ngejarnya sedemikian rupa. Sesembahan kita ialah Sesembahan kita yang hakiki. Orang beriman harus lebih mencintai Allah Ta’ala. Kecintaan kepada Allah-lah yang akan membawa ketakwaan dan selanjutnya menimbulkan qanaa’ah kebahagiaan dalam diri manusia. Allah Ta’ala sendiri telah mengatakan kepada kita mengenai tanda orang beriman. Yaitu mereka terdepan dalam kecintaan kepada Allah Ta’ala. Dia berfirman وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ walladziina aamanuu asyaddu hubbal Lillah…’ – “Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” Surat Al-Baqarah ayat 165 Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda mengenai mata rantai kecintaan kepada Allah Ta’ala “Ketahuilah! Ghiirah kehormatan Allah Ta’ala tidak menerima bila ada orang beriman menduakan-Nya dalam kecintaan pribadi. Dia sangat cemburu dalam hal ini. Orang beriman hendaknya tidak menduakan kecintaan pribadinya kepada Allah dengan sesuatu apa pun ketika ada orang yang. Allah Ta’ala. Dia berfirman وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ “Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” Surat Al-Baqarah ayat 165 Itu artinya, orang Mu’min beriman adalah orang yang mencintai Allah Ta’ala melebihi apapun. Kecintaan yang demikian ialah haq Allah nan Maha Agung dan Perkasa saja dan siapa pun yang menyerahkan haq-Nya kepada selain-Nya maka ia lebih hancur. Semua keberkatan yang diperoleh para hamba Allah dan semua jenis pengabulan yang mereka dapatkan; apakah itu mereka peroleh dengan shalat dan puasa yang biasa-biasa saja? Sama sekali tidak. Melainkan itu diperoleh dengan ketauhidan dalam hati mereka yang menjadikan diri mereka sebagai demi Allah semata. Dengan tangan mereka sendiri, mereka korbankan selain Allah di jalan Allah. Saya tahu betul hakikat kepedihan yang menimpa seseorang yang terpisah di suatu waktu dari apa yang ia sebut kehidupan baginya. Namun, janganlah hendaknya selain Allah, dia jadikan harus sebagai satu-satunya yang sebanding dengan Kekasih Hakiki. Hati saya ini selalu memberikan fatwa bahwa lebih mencintai selain dari pada Allah Ta’ala, apakah itu cinta kepada istri, keluarga, teman dan lainnya maka ini adalah sejenis kekafiran dan dosa besar. Ini merupakan rahmat dan ni’mat Allah Ta’ala Yang menyediakan kesempatan-kesempatan demikian. Jika tidak berhati-hati dalam hal ini maka iman akan terjerumus dalam bahaya.” Tidak mungkin seorang beriman sejati berpikiran mengikuti kecintaan terhadap kebendaan secara syahwati amat berlebihan. Maka dari itu, kemajuan dalam keimanan dan Qana’ah merasa cukup adalah hal yang penting bagi seorang Mu’min. Karena itulah, Nabi Muhammad shallaLlahu alaihi wa sallam bersabda, كُنْ وَرِعًا ، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ Kun wari’an takun a’badan naas.’ – “Jadilah kamu orang yang paling wara’ bertakwa, hati-hati bertindak maka kamu akan menjadi yang paling abid ahli ibadah diantara manusia.” Jika hati seseorang itu penuh kecintaan kepada Allah dan ketakwaan maka ia akan kokoh dalam menunaikan hak penghambaan kepada Allah dan ibadah kepada-Nya. Seorang abid sejati harus menjadi seorang yang qana’ah. Nabi saw bersabda, وَكُنْ قَنِعًا ، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ wa kun qani’an, takun asykarannaas.’ – “Jika kalian menimbulkan qana’ah dalam diri kalian maka kalian akan mampu untuk melalui kehidupan dalam rasa syukur.” Ketika seseorang Qana’ah maka dia akan menjadi hamba yang bersyukur dan rasa syukur ini begitu sangat penting bagi seorang Mu’min. Orang-orang beriman ialah yang paling banyak bersyukur dan memang hendaknya demikian. Orang-orang yang dengan mulut saja mengatakan bersyukur kepada Tuhan, namun pada waktu yang sama ternyata mengejar kenikmatan kehidupan dunia, kehormatan dan hal-hal memalukan; maka mereka sebenarnya berada dalam hubbusy syahawaat terjerat dalam hasrat berlebihan terhadap duniawi. Mereka tidak pernah mampu bersyukur secara hakiki. Dalam menggambarkan orang-orang materialistis ini, Nabi Muhammad shallaLlahu alaihi wa sallam pernah bersabda, لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا، وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ، “Jika anak Adam memiliki satu buah lembah yang penuh dengan emas, dia ingin menambah lagi sehingga memiliki dua lembah, namun tidak ada yang dapat memuaskan hasratnya hingga ia masuk liang kubur.” Beliau selanjutnya bersabda, وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ “Allah Ta’ala menerima tobat seseorang yang bertobat.” Jadi, kehidupan ini adalah waktunya bagi seseorang harus bertobat jika dia melakukan kesalahan. Dalam hal menjelaskan tingkat Qana’ah kebahagiaan dan merasa cukup orang beriman, Rasulullah saw bersabda, مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا» “Siapa di antara kalian berpagi hari dalam keadaan mendapatkan rasa aman di rumahnya pada diri, keluarga dan masyarakatnya, diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” Jadi, inilah tingkat Qana’ah kebahagiaan dan merasa cukup orang beriman. Semoga Allah Ta’ala menganugerahi dalam diri kita terciptanya Qana’ah kebahagiaan dan merasa cukup dan ketakwaan. Semoga tujuan kita adalah guna meraih kecintaan Allah Ta’ala bukan meraih kecintaaan hal-hal materi dan semoga kita menerima ampunan dan ridha Allah Ta’ala. Setelah ini saya ingin mengalihkan perhatian kepada doa sebagaimana telah secara ringkas kami sebut bahwa para pemimpin negara-negara Muslim yang mana memendam hasrat-hasrat duniawi dan secara amal perbuatan bukannya menuhankan Tuhan malahan menuhankan kekuatan adidaya negara-negara kuat. Mereka beranggapan berkawan dengan negara-negara adidaya dapat menjamin kekekalan kekuasaan mereka dan kemajuan mereka. Padahal perhatikanlah keadaan Amerika Serikat. Baru-baru ini dalam sebuah artikel di surat kabar di Jerman tertulis banyak hal yang diantaranya “Washington ibukota AS yang tadinya dianggap sebagai model dan percontohan yang harus diikuti bagi dunia, tampaknya sekarang sudah mulai ditinggalkan. Ia tengah berangsur-angsur tidak berkualitas seperti itu lagi. Sekarang ini Beijing, ibukota RRT, Republik Rakyat Tiongkok Cina tampaknya yang akan menjadi model dunia. Amerika telah menurun kedudukan dan kualitasnya.” Sarana-sarana duniawi itu hanya sementara. Apa yang muncul pada hari ini akan hilang pada hari esoknya. Orang-orang Islam harus paham hal ini. Pengumuman dibuat oleh Amerika Serikat soal pemindahan kedutaannya ke Yerusalem [dari Tel Aviv]. Hal itu dilakukan semata-mata anggapan demi memperbaiki dan memperkuat hubungannya dengan Israel serta juga supaya reputasinya tetap utuh. Namun, jika Allah telah menetapkan kemunduran maka tidak akan bermanfaat persahabatan dan perjanjian duniawi. Hal itu telah mulai tampak atas kekuatan negara adidaya, khususnya Amerika Serikat. Bagaimana natijahnya akibatnya? Hanya Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui. Tapi, dalam keadaan seperti itu, mereka Amerika masih sempat saja berusaha dengan keras membuat orang-orang Muslim saling berperang diantara mereka sendiri sibuk mengadu domba umat Islam. Oleh karena itu umat Islam juga seharusnya sadar. Inilah sebabnya mengapa kita harus berdoa untuk dunia Muslim agar Allah Ta’ala menganugerahi mereka pemahaman, mereka menjadi satu kesatuan dan supaya kemungkinan perang antar negara Islam dihindari. Selain itu, semoga dijauhkan terjadinya pertempuran di dalam kalangan di negara-negara Islam yang membuat ribuan orang, bahkan menurut beberapa survei mengatakan hingga ratusan ribu nyawa hilang. Semoga Allah menganugerahi mereka pemahaman supaya itu dan memungkinkan mereka untuk hidup sebagai satu bangsa. Semoga Dia mengakhiri perselisihan di dalam kalangan negara Muslim ini sehingga pihak-pihak yang memusuhi Islam tidak mengambil keuntungan apapun dari itu. Selain itu semua, yang lebih penting lagi, marilah kita semua berdoa agar orang-orang Islam tersebut menerima Al-Masih dan Al-Mahdi yang diutus Tuhan, dan dengan mengikatkan diri mereka dengan beliau as, mereka akan dapat membangun kedamaian dan keamanan diantara mereka dan di dunia pada umumnya. Aamiin Penerjemah Dildaar Ahmad Dartono ________________________________ [1] Malfuzhaat, jilid 10, h. 260, edisi 1985, UK. [2] Malfuzhaat, jilid 5, h. 248, edisi 1985, UK. [3] Malfuzhat jilid 1, halaman 155, edisi 1985, terbitan UK. [4] Malfuzhat jilid 3, halaman 422, edisi 1985, terbitan UK. [5] Perbedaan antara Ahmadi dan bukan Ahmadi, Ruhani Khazain jilid 20,h. 483, edisi komputerisasi 2009, terbitan UK. [6] Al-Hakam, 10 Agustus 1901, h. 9, nomor 29, jilid 5; Tafsir HadhratMasih Mau’ud alaihis salaam, Surah al-Baqarah 166. [7] Sunan ibn Maajah, Kitab tentang Zuhd, bab al-wara’ dan takwa, “Dari Abu Huraira berkata, Rasulullah telah bersabda بَاهُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا ، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ ، وَكُنْ قَنِعًا ،تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ، تَكُنْ مُؤْمِنًا ، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ ، تَكُنْمُسْلِمًا ، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُالْقَلْبَ. hai Abu Hurairah Jadilah engkau wira’i, maka engkau akan menjadi orang yang paling berbakti ibadat, dan jadilah engkau qana’ah, niscaya engkau menjadi orang paling bersyukur, dan cintailah manusia sebagaimana engkau mencintai dirimu, engkau akan menjadi beriman, dan perbaikilah kehidupan bertetangga orang yang menjadi tetanggamu, engkau akan menjadi muslim, jadilah orang yang sedikit tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.’” [8] Abdullah ibnu Az Zubair pernah berpidato di Makkah, lalu ia mengatakan, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” HR. Bukhari no. 6438 [9] Shahih al-Bukhari, Kitab ar-Riqaq, bab fiman fitnatil maal, no. 6438. [10] Jami’ at-Tirmidzi, Abwaabuz zuhd, bab al-washf min hizah lahud dunya, no. 2346, Ibnu Majah no. 4141; dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary
mencari ridho allah dalam hidup